Hari Raya Nyepi - Bali

| Tuesday, February 10, 2009

Nyepi adalah perayaan tahun baru Saka yang jatuh sehari setelah bulan mati (tilem) ke sembilan menurut kalender Saka. Hakekatny adalah sebagai wahana ritual dalam upaya menyucikan Bhuwana Agung dan Bhuana Alit guna terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksha) serta terpeliharanya yang berlandaskan pada satyam (kebenaran), siwam (kesucian) dan sundaram keharmonisan/keindhan).

Secara garis besar, rangkaian hari Nyepi meliputi : melasti (melis) yang dilaksanakan beberapa hari sebelum Tawur dengan maksud melebur segala macam kekotoran baik pikiran, perkataan maupun perbuatan serta memperoleh air suci (angement tirta amerta) untuk kerahayuan hidup. Dalam prakteknya, Melasti ini dilakukan pada sumber-sumber air seperti laut, danau atau sungai. Selanjutnya sehari sebelum Nyepi yaitu pada Tilem Kesanga diselenggarakan upacara Tawur di masing-masing palemahan mulai dari rumah tangga, banjar, desa, kecamatan sampai kabupaten dan propinsi. Tujuannya menyucikan dan mengembalikan keseimbangan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit baik skala maupun niskala. Upacara ini dilakukan pada saat sandikala (pagi, tengah hari, sore). Pada sore hari menjelang pergantian kala siang dengan malam itulah diadakan pengrupukan (mebuu-buu) yang ditandai dengan kegiatan mengitari tiap palemahan sebanyak tiga kali dengan membawa obor (api) sambil menyuarakan bunyi-bunyian gaduh. Maknanya sebagai simbolis pengembalian unsur-unsur alam yang berpengaruh negatif (bhutakala) untuk kembali pada tempat dan kondisi asal (harmonis).

ogoh-ogohAgama hindu sangat mendorong kreatifitas budaya. Itulah sebabnya umat Hindu (dimulai dari Bali) mencetuskan emosi keagamaannya dalam pengrupukan dengan mewujudkan gambaran abstrak bhutakala itu dalam bentuk ogoh-ogoh. Jadi, ogoh-ogoh itu bukan esensi Nyepi tetapi hanya semacam variasi budaya yang dilahirkan melalui jiwa agama Hindu. Dan lagi pula keberadaan ogoh-ogoh pada setiap pengrupukan tidaklah begitu lama muncul. Ogoh-ogoh hadir sekitar tahun 80-an awal yang karena menopang kesemarakan berhari Nyepi akhirnya terus dihadirkan.Hanya saja belakangan ini, keberadaan ogoh-ogoh, terutama dari segi bentuk sudah mulai ada yang menyimpang dari konsep gambaran bhutakala. Misalnya dengan membuat ogoh-ogoh dalam wujud kapal terbang, rudal scud, termasuk yang berbagau sponsor dengan ogoh-ogoh sepeda motor atau mobil.

Yang pasti, karena ogoh-ogoh hanya merupakan variasi keberadaannya tidak mutlak. Ogoh-ogoh bisa diadakan dan bisa juga ditiadakan. Apalagi menjelang Pemilu misalnya, sebaiknya ditiadakan saja guna mencegah sedini mungkin efek psikologi masa meledak dalam bentuk konflik yang tidak kita inginkan.


Sumber : http://www.surgabali.biz/nyepi.php

0 comments:

Post a Comment