Studio E Gedung Kesenian Laeiszhalle/Musikhalle Hamburg bergema di malam tanggal 30.Agustus 2008. Pasalnya ada 4 negara yang bertemu di panggung kesenian tersebut: Filipina, Vietnam, Jepang dan Indonesia sebagai tuan rumah acara yang diberi nama "Impressionen aus Asien" Impresi Asia tersebut. Acara yang diiprakarsai oleh IKAT -Indonesisches Kultur Agentur Hamburg- pimpinan Dyah Narang-Huth merupakan satu eksperimen pertama mempertemukan budaya Asia dalam event gabungan didukung oleh organisasi persahabatan Indonesia Jerman DIG e.V Hamburg serta Jenny´s Events.
Acara diawali oleh kata pembukaan singkat dari Karen Stadlander (DIG Hamburg e.V), setelah itu pengunjung dikejutkan oleh datangnya grup Nyama Braya Bali Jerman yang datang ke panggung menampilkan prosesi "Odalan/Ulang Tahun Pura". Musik Beleganjuran, keindahan persembahan yang dibawa sebagaimana layaknya kita temui di Bali, memukau hadirin semua. Dyah Narang-Huth yang menjelma menjadi pemandu turis mengajak penonton untuk mengetahui seluk beluk prosesi, sebelum akhirnya hadirin harus "terbang" ke negri Filipina.
Di Filipina, hadirin disambut oleh keindahan"Tari Pandanggo Sa Ilaw", tarian di kegelapan ... karena dipertunjukkan dengan garakan lilin yang berada di kepala dan tangn penari-penari dari grup Kalinangan e.V yang dipimpin oleh Agnes Urubio dan pelatih tari Maria Rector. Tarian-tarian selanjutnya adalah "Lubi-Lubi" /tari Kipas, "Polkabal" tarian yang berasal dari 2 jenis tarian eropa, serta tak terlupakan adalah Tari "Tinikling", tarian nasional Filipina yang lincah menggunakan bambu.
Dari Filipina meneruskan perjalanan ke pulau Jawa menonton "Tari Topeng Soyong" dan "Tari Puspita" ditarikan oleh Widya Arnold dan Sekar Mayang dari Grup Margibudoyo Hamburg dan langsung ke Vietnam, disambut oleh penari Natha-Ly Trinh dan Marcel Le yang menyuguhkan legenda cinta "Sang Bidadari dan Pemuda" dalam bentuk tarian yang mengajak penonton untuk menikmati kisah negeri tersebut. Perjalanan Asia tersebut berakhir di negri Jepang dengan suguhan seni kendang Jepang "Taiko" dari grup Dama Taiko Hamburg yang beranggotakan orang-orang Jerman dengan pimpinan Oliver Reichelt. Dentaman kendang yang dinamis bergema di Studio E bersama gema kerjasama budaya yang dijalin IKAT Agentur bersama grup-grup negara Asia di Jerman.
Bapak bersama Ibu Yayat Sugiatna, Konsul Budaya dan Penerangan KJRI Hamburg yang hadir pada saat itu, memberikan komentar dan kekaguman positif dari kegiatan budaya ini, hadirin lainpun masih bersedia diajak melanglang ke daerah Asia lainnya. Sebuah keyakinan dari penyelenggara dan pendukung acara: Bahwa gema panggung tersebut akan dilanjutkan di event-event mendatang.
Dyah Narang-Huth, www.ikat-agentur.com
Foto: Bettina David
Acara diawali oleh kata pembukaan singkat dari Karen Stadlander (DIG Hamburg e.V), setelah itu pengunjung dikejutkan oleh datangnya grup Nyama Braya Bali Jerman yang datang ke panggung menampilkan prosesi "Odalan/Ulang Tahun Pura". Musik Beleganjuran, keindahan persembahan yang dibawa sebagaimana layaknya kita temui di Bali, memukau hadirin semua. Dyah Narang-Huth yang menjelma menjadi pemandu turis mengajak penonton untuk mengetahui seluk beluk prosesi, sebelum akhirnya hadirin harus "terbang" ke negri Filipina.
Di Filipina, hadirin disambut oleh keindahan"Tari Pandanggo Sa Ilaw", tarian di kegelapan ... karena dipertunjukkan dengan garakan lilin yang berada di kepala dan tangn penari-penari dari grup Kalinangan e.V yang dipimpin oleh Agnes Urubio dan pelatih tari Maria Rector. Tarian-tarian selanjutnya adalah "Lubi-Lubi" /tari Kipas, "Polkabal" tarian yang berasal dari 2 jenis tarian eropa, serta tak terlupakan adalah Tari "Tinikling", tarian nasional Filipina yang lincah menggunakan bambu.
Dari Filipina meneruskan perjalanan ke pulau Jawa menonton "Tari Topeng Soyong" dan "Tari Puspita" ditarikan oleh Widya Arnold dan Sekar Mayang dari Grup Margibudoyo Hamburg dan langsung ke Vietnam, disambut oleh penari Natha-Ly Trinh dan Marcel Le yang menyuguhkan legenda cinta "Sang Bidadari dan Pemuda" dalam bentuk tarian yang mengajak penonton untuk menikmati kisah negeri tersebut. Perjalanan Asia tersebut berakhir di negri Jepang dengan suguhan seni kendang Jepang "Taiko" dari grup Dama Taiko Hamburg yang beranggotakan orang-orang Jerman dengan pimpinan Oliver Reichelt. Dentaman kendang yang dinamis bergema di Studio E bersama gema kerjasama budaya yang dijalin IKAT Agentur bersama grup-grup negara Asia di Jerman.
Bapak bersama Ibu Yayat Sugiatna, Konsul Budaya dan Penerangan KJRI Hamburg yang hadir pada saat itu, memberikan komentar dan kekaguman positif dari kegiatan budaya ini, hadirin lainpun masih bersedia diajak melanglang ke daerah Asia lainnya. Sebuah keyakinan dari penyelenggara dan pendukung acara: Bahwa gema panggung tersebut akan dilanjutkan di event-event mendatang.
Dyah Narang-Huth, www.ikat-agentur.com
Foto: Bettina David
0 comments:
Post a Comment